Karena hal tersebut, La Maddukelleng berunding dengan para pengikutnya dan memutuskan agar sebagian orang Wajo mencari permukiman baru di Kutai. Dengan dipimpin La Mohang Daeng Mangkona, warga Wajo pergi ke Kutai dan menghadap Raja Kutai, Adji Pangeran Dipati Anom Ing Martadipura atau Marham Pamarangan.
Raja Kutai mengatakan: “Kalian boleh menempati sebagian tanah di Kutai, tapi syaratnya, kalian harus patuh kepada Raja Kutai,”. “Baik carilah sebidang tanah di wilayah kerajaanku ini, di sebuah daerah dataran rendah. Di antara dataran rendah itu, terdapat sungai yang arusnya tidak langsung mengarah dari hulu ke hilir, tetapi mengalir dan berputar di antara dataran itu!”, kata Raja Kutai.
Lalu berlayarlah La Mohang Daeng Mangkona dan pengungsi Wajo di sepanjang Sungai Mahakam. Di tempat inilah mereka membangun rumah sakit yang berada di atas air. Rumah sakit itu harus sama tinggi antara satu dengan lainnya. Hal ini melambangkan kesamaan derajat. Lokasinya berada di sekitar muara sungai, dan di kiri-kanan sungai itu adalah daratan
Wilayah permukiman itu disebut Samarenda yang diambil dari kata “sama” dan “rendah” yang kemudian berubah menjadi Samarinda.
0 komentar:
Posting Komentar